Sunday, February 10, 2013

Dreaming is Hilarious


Mimpi.
Gue percaya ga ada seorang pun di semesta ini yang ga punya mimpi, setidaknya dalam tidurnya. Setiap orang adalah subjek sekaligus objek dari mimpi- mimpi mereka. Bahkan, gue percaya bahwa hewan pun punya mimpi, entah singa yang selalu memimpikan daging antelope sebagai santapan rutinnya, kucing yang selalu menanti musim kawinnya atau bahkan mimpi seekor kura-kura yang ingin berlari cepat. Hewan pun memiliki ‘keinginan naluriah’ yang bisa kita analogikan sebagai mimpi mereka. Sungguh memalukan kalo kita, yang notabenenya manusia, untuk takut bermimpi.
 




Gue pribadi adalah orang yang senang bermimpi dan punya banyak mimpi. Kalau gue list, mungkin jutaan halaman wikipedia pun ga bisa nampungnya (agak lebay, sih...). But, truthfully, I do have so many dreams that I really wanna fucking reach. That many. Terkadang gue sendiri suka ragu, apa semua mimpi gue bisa tercapai? Apakah hidup gue habis dengan menjadi seorang pemimpi doang, tanpa menjadi seorang peraih? Will I end up being such an ordinary man with unremarkable so-so life? Gue ga naif, pikiran- pikiran kayak gitu sering banget ganggu waktu suci gue pas buang air. Timing-nya salah.

Bermimpi itu seru!

Lo boleh iris kuping lo kalo pernyataan gue salah.

Itu alasan pertama gue buat menangkis semua self-questioning yang sering muncul itu. Terlepas dari apakah mimpi lo bakal tercapai atau ngga, lo harus ngerasain dulu gimana seru dan enaknya buat bermimpi. Imagine the things and matters you want. Percaya atau ngga, tapi lo mesti percaya, lo bakal ngerasa lebih ‘ada’ sebagai seorang manusia. Mimpi itu bagian dari substansi abstrak manusia. Salah satu pemberian Allah SWT. kepada setiap manusia-- Potensi untuk bermimpi. Ga peduli apakah dia seorang miskin yang tinggal di istana kardus atau SBY yang tinggal di istana presiden, semua punya bakat dan kesempatan yang sama buat bermimpi.

The very first thing you have to stick on your mind is that ,

DREAMING IS HILARIOUS!

Kadang gue merasa iri sama anak-anak kecil. Mereka punya kemampuan buat bermimpi tanpa harus takut apakah mimpinya jadi kenyataan atau ngga. Anak tetangga sebelah gue kalo ditanya mau jadi apa, dengan mantap dia bilang,

“ Aku mau jadi pilot, kak ganteng!”

Ok, bagian terakhirnya itu inisiatif gue.

Gue juga pas kecil punya jawaban pamungkas tiap kali ditanya tentang mimpi gue.

“ Ofan mau jadi apa kalau udah gede?” tanya temen- temen nyokap gue.

“ Mau jadi pemain bola, tante,” jawab gue tanpa ba bi bu mikir panjang.

Pada saat itu gue sama sekali ga kepikiran perihal gimana caranya dan mesti ngapain buat jadi pemain bola, yang jelas gue punya mimpi yang siap gue lontarkan tiap kali ditanya. Dan, ketika kita beranjak dewasa, pikiran dan mata kita mulai terbuka tentang berbagai realitas dan tantangan hidup yang bisa dibilang 180 derajat berbeda dengan fantasi utopia kita. This is the tough life we must face.

Banyak ‘orang baru dewasa’ yang dengan sukarela menyingkirkan mimpi-mimpi masa kecilnya. Mereka mulai dengan sadar menggeser keinginan-keinginannya dengan hal-hal yang sifatnya lebih realistis dan tentunya atas dasar logika terhadap realita hidup. Kenapa gue sebut ‘orang-baru-dewasa’? Karena mereka terlihat seperti orang baru aja melihat dunia dan secara spontan meragukan mimpi- mimpinya. Mereka mulai mempertanyakan hal- hal yang sebelumnya ga pernah mereka pikirin.

“Hm, jadi pemain bola ga menjanjikan gini, sih. Gajinya kecil pula. Udah ah realistis aja deh. Jadi PNS juga ga masalah”

“Dulu gue pengen jadi presiden. Hahaha. Ada- ada aja sih mimpi gue” (kemudian melanjutkan kerjanya sebagai karyawan BIASA)

“Kira- kira gue bisa ga ya jadi dubes? Ih kan susah. Apalagi katanya banyak jalur KKN. Nah. Gue anak siapa coba. Pikir- pikir lagi, deh.” (lanjut main dota, ini sih ke laut aja)

“Hm, gue pengen banget, nih, masuk FKUI. Tapi... susaaaah! Saingan gue si Anton dan Antonwati, pinter banget pula! Kayaknya gue banting stir deh!”

Itulah sejumlah celetukan pesimis yang umumnya gue denger. Dan, sebagai manusia yang normal ala kadarnya, gue pun pernah bahkan sering berpikir kayak gitu. Gue ga naif kok. Gue juga pernah meragukan mimpi-mimpi gue. Gue terkadang berpikir layaknya orang-baru-dewasa.

Di rumah gue banyak buku- buku yang menceritakan jalan hidup orang- orang sukses. Nyokap dan bokap gue sering beli soalnya dan gue ikutan baca kalo mereka udah selesai baca (ini salah satu prinsip spesies homo hematus iritus). Salah satu buku yang pernah gue baca adalah ‘The Magic of Dream Book’ tulisannya Rangga Umara. Tau Rangga ini bukan Rangga yang main di AADC, tapi CEO sekaligus pemilik dari...PECEL LELE LELA! Lo semua pasti udah pernah makan di situ kan? Terakhir gue makan, setiap kali gue lewat jamban dan liat ada lele- lele, bawaannya pengen langsung makan tuh lele, ga peduli si lele abis makan apa.

The Magic of Dream Book- Rangga Umara. Best seller pula.

Di halaman pertama bukunya, mampang sebuah quote yang berbunyi:

“Tidak pernah ada cita- cita yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah upaya yang tidak setinggi cita- cita.”

Bang Rangga adalah contoh nyata dari sekian banyak orang yang berhasil meraih kesuksesan atas mimpinya. Sejak lulus kuliah, Bang Rangga pengen membentuk usahanya sendiri alias wiraswasta. Dan mulailah dia mencoba berbagai macam usaha. Dan hasilnya? Selalu gagal, bro. Sampai orang tuanya sendiri bilang kalau si Rangga ini lebih baik berhenti karena memang ga ada turunan pengusaha.

Bang Rangga ga putus semangat. Dia banyak belajar dan bergaul dengan orang- orang yang lebih tua karena dinilainya punya pengalaman lebih. Seiring dengan usaha- usahanya, akhirnya dia menikah pada usia 25 tahun. Sejak saat itu, pandangan Orang-baru-dewasa mulai mengambil alih. Bang Rangga ini sempat mengesampingkan mimpi wirausahanya dulu karena dia mulai berpikir realistis tentang kondisinya yang  sudah menikah dan punya tanggung jawab lebih. Ia sempat bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan developer. Gajinya yang pas- pasan untuk menghidupi keluarga membuat Bang Rangga merasa nyaman dalam zona amannya.

Tapi, semua itu ga berlangsung lama, wabah menular PHK yang sempat melanda perusahaan membuatnya memutuskan untuk keluar dan melanjutkan mimpinya. Terkadang memang butuh sedikit lecutan dari semesta dulu untuk membuat kita kembali ke track yang bener. Sejak saat itu, ia mulai memikirkan ide- ide usahanya dan menuliskannya di Dream Book punyanya, karena kata dia: Orang sukses itu selalu nyatet!

Kalau mau besar, berpikirlah yang besar. Bang Rangga pun memutuskan untuk berusaha di bidang restoran yang tak lain dan tak bukan adalah PECEL LELE LELA (Lebih Laku). Bermodal duit tiga juta rupiah dan mimpi mempunyai usaha yang mengalahkan ketenaran KFC, McD, dan Starbucks, Bang Rangga memulai usahanya.

Dan, sekarang? Usahanya sudah berkembang besar dan tersebar di seluruh Indonesia, bahkan sampai sampai di luar negeri. Omset per harinya pun mencapai miliaran rupiah. Sebuah pencapaian fantastis buat seorang yang bekas karyawan dengan modal usaha tak lebih dari tiga juta.

Satu hal yang gue pengen garis bawahi dari kisah di atas adalah adanya USAHA YANG PANTANG MENYERAH. Bang Rangga tentu sering mengalami kerugian tapi atas dasar keyakinan atas mimpinya, ia bisa terus melaju layaknya Tamiya Magnum-yang bersatu dengan angin. Inilah titik perbedaan antara MIMPI dan KHAYALAN. Mimpi mempunyai usaha sebagai salah satu bagiannya. Ketika kita sudah merasakan serunya bermimpi, jangan lupa ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yaitu BANGUN dan melakukan USAHA.

Bill Gates muda pernah bermimpi, “Suatu saat saya akan menghadirkan komputer di setiap meja dan setiap rumah dengan microsoft di dalamnya.” Pada saat itu banyak orang yang meragukannya karena harga komputer masih sangatlah mahal. Tapi sekarang? Hampir setiap rumah memiliki komputer dengan microsoft di dalamnya.

Gue sendiri belum menjadi orang seperti Bill Gates yang sudah mencapai kesuksesannya atau orang- orang macam Alfa Edison, Luis Suarez, Lionel Messi, Ahmad Fuadi, penulis- penulis Chicken Soup, dll. yang telah berhasil meraih mimpi- mimpinya. Tapi, gue dan lo, punya hak yang sama untuk bermimpi seperti mereka. To dream is everyone’s right. Jangan jadikan mimpi gue dan lo cuma jadi sebates khayalan, tapi mimpi yang layak buat diperjuangkan. Jangan takut gagal. Gagal itu biasa dan memang harus kita alami karena semuanya butuh proses.

“Tidak ada orang gagal yang tidak punya masa depan dan tidak ada orang sukses yang tidak punya masa lalu.”

“Orang sukses mengalami lebih banyak kegagalan dibandingkan orang gagal”



So, what are we afraid of?

The first step we have to do is dreaming. Dream as many as we can, as wonderful as we want. Secondly, get up and fight for the dreams. Don’t put our concern to those cunts who doubt or even humiliate. We’ll know what it feels to accomplish what they say you cannot. Such a big shit we throw right to their faces. Its kinda addictive, anyway ;p  As an addition, specify our dreams. It helps us in deciding what plans we are going to ‘enjoy’ .
 

Brace ourselves and we shall get our well-deserved dreams!

 

Anyway, just to share, one of my biggest dream is to work here. J

(to be continued)

NB: Mari berbagi mimpi lewat ‘Poskan Komentar’ J

 

4 comments:

  1. fa, tulisanmu bertipe liberalism... rationality, equality, and liberty... btw tulisan lu oke fa, kocak tapi tetep nyampe maknanya.. good job hahahah

    ReplyDelete
  2. @Murrin : Hahaha mabok PIHI nih, thanks much, bro!
    @Lananda: Thank you :)

    ReplyDelete

Share you wacky thought, buddy!