Mimpi.
Gue percaya
ga ada seorang pun di semesta ini yang ga punya mimpi, setidaknya dalam
tidurnya. Setiap orang adalah subjek sekaligus objek dari mimpi- mimpi mereka.
Bahkan, gue percaya bahwa hewan pun punya mimpi, entah singa yang selalu
memimpikan daging antelope sebagai santapan rutinnya, kucing yang selalu
menanti musim kawinnya atau bahkan mimpi seekor kura-kura yang ingin berlari
cepat. Hewan pun memiliki ‘keinginan naluriah’ yang bisa kita analogikan
sebagai mimpi mereka. Sungguh memalukan kalo kita, yang notabenenya manusia,
untuk takut bermimpi.
Gue pribadi
adalah orang yang senang bermimpi dan punya banyak mimpi. Kalau gue list,
mungkin jutaan halaman wikipedia pun ga bisa nampungnya (agak lebay, sih...).
But, truthfully, I do have so many dreams that I really wanna fucking reach.
That many. Terkadang gue sendiri suka ragu, apa semua mimpi gue bisa tercapai?
Apakah hidup gue habis dengan menjadi seorang pemimpi doang, tanpa menjadi
seorang peraih? Will I end up being such an ordinary man with unremarkable
so-so life? Gue ga naif, pikiran- pikiran kayak gitu sering banget ganggu waktu
suci gue pas buang air. Timing-nya salah.
Bermimpi itu
seru!
Lo boleh
iris kuping lo kalo pernyataan gue salah.
Itu alasan
pertama gue buat menangkis semua self-questioning yang sering muncul itu.
Terlepas dari apakah mimpi lo bakal tercapai atau ngga, lo harus ngerasain dulu
gimana seru dan enaknya buat bermimpi. Imagine the things and matters you want.
Percaya atau ngga, tapi lo mesti percaya, lo bakal ngerasa lebih ‘ada’ sebagai
seorang manusia. Mimpi itu bagian dari substansi abstrak manusia. Salah satu
pemberian Allah SWT. kepada setiap manusia-- Potensi untuk bermimpi. Ga peduli
apakah dia seorang miskin yang tinggal di istana kardus atau SBY yang tinggal
di istana presiden, semua punya bakat dan kesempatan yang sama buat bermimpi.
The very
first thing you have to stick on your mind is that ,
DREAMING IS HILARIOUS!
Kadang gue
merasa iri sama anak-anak kecil. Mereka punya kemampuan buat bermimpi tanpa
harus takut apakah mimpinya jadi kenyataan atau ngga. Anak tetangga sebelah gue
kalo ditanya mau jadi apa, dengan mantap dia bilang,
“ Aku mau
jadi pilot, kak ganteng!”
Ok, bagian
terakhirnya itu inisiatif gue.
Gue juga pas
kecil punya jawaban pamungkas tiap kali ditanya tentang mimpi gue.
“ Ofan mau
jadi apa kalau udah gede?” tanya temen- temen nyokap gue.
“ Mau jadi
pemain bola, tante,” jawab gue tanpa ba bi bu mikir panjang.
Pada saat
itu gue sama sekali ga kepikiran perihal gimana caranya dan mesti ngapain buat
jadi pemain bola, yang jelas gue punya mimpi yang siap gue lontarkan tiap kali
ditanya. Dan, ketika kita beranjak dewasa, pikiran dan mata kita mulai terbuka
tentang berbagai realitas dan tantangan hidup yang bisa dibilang 180 derajat
berbeda dengan fantasi utopia kita. This is the tough life we must face.
Banyak ‘orang
baru dewasa’ yang dengan sukarela menyingkirkan mimpi-mimpi masa kecilnya.
Mereka mulai dengan sadar menggeser keinginan-keinginannya dengan hal-hal yang
sifatnya lebih realistis dan tentunya atas dasar logika terhadap realita hidup.
Kenapa gue sebut ‘orang-baru-dewasa’? Karena mereka terlihat seperti orang baru
aja melihat dunia dan secara spontan meragukan mimpi- mimpinya. Mereka mulai
mempertanyakan hal- hal yang sebelumnya ga pernah mereka pikirin.
“Hm, jadi
pemain bola ga menjanjikan gini, sih. Gajinya kecil pula. Udah ah realistis aja
deh. Jadi PNS juga ga masalah”
“Dulu gue
pengen jadi presiden. Hahaha. Ada- ada aja sih mimpi gue” (kemudian melanjutkan
kerjanya sebagai karyawan BIASA)
“Kira- kira
gue bisa ga ya jadi dubes? Ih kan susah. Apalagi katanya banyak jalur KKN. Nah.
Gue anak siapa coba. Pikir- pikir lagi, deh.” (lanjut main dota, ini sih ke
laut aja)
“Hm, gue
pengen banget, nih, masuk FKUI. Tapi... susaaaah! Saingan gue si Anton dan
Antonwati, pinter banget pula! Kayaknya gue banting stir deh!”
Itulah
sejumlah celetukan pesimis yang umumnya gue denger. Dan, sebagai manusia yang
normal ala kadarnya, gue pun pernah bahkan sering berpikir kayak gitu. Gue ga
naif kok. Gue juga pernah meragukan mimpi-mimpi gue. Gue terkadang berpikir
layaknya orang-baru-dewasa.
Di rumah gue
banyak buku- buku yang menceritakan jalan hidup orang- orang sukses. Nyokap dan
bokap gue sering beli soalnya dan gue ikutan baca kalo mereka udah selesai baca
(ini salah satu prinsip spesies homo hematus iritus). Salah satu buku yang pernah
gue baca adalah ‘The Magic of Dream Book’ tulisannya Rangga Umara. Tau Rangga
ini bukan Rangga yang main di AADC, tapi CEO sekaligus pemilik dari...PECEL
LELE LELA! Lo semua pasti udah pernah makan di situ kan? Terakhir gue makan,
setiap kali gue lewat jamban dan liat ada lele- lele, bawaannya pengen langsung
makan tuh lele, ga peduli si lele abis makan apa.
The
Magic of Dream Book- Rangga Umara. Best seller pula.
Di halaman
pertama bukunya, mampang sebuah quote yang berbunyi:
“Tidak
pernah ada cita- cita yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah upaya yang tidak
setinggi cita- cita.”
Bang Rangga
adalah contoh nyata dari sekian banyak orang yang berhasil meraih kesuksesan
atas mimpinya. Sejak lulus kuliah, Bang Rangga pengen membentuk usahanya sendiri
alias wiraswasta. Dan mulailah dia mencoba berbagai macam usaha. Dan hasilnya?
Selalu gagal, bro. Sampai orang tuanya sendiri bilang kalau si Rangga ini lebih
baik berhenti karena memang ga ada turunan pengusaha.
Bang Rangga
ga putus semangat. Dia banyak belajar dan bergaul dengan orang- orang yang
lebih tua karena dinilainya punya pengalaman lebih. Seiring dengan usaha-
usahanya, akhirnya dia menikah pada usia 25 tahun. Sejak saat itu, pandangan
Orang-baru-dewasa mulai mengambil alih. Bang Rangga ini sempat mengesampingkan
mimpi wirausahanya dulu karena dia mulai berpikir realistis tentang kondisinya
yang sudah menikah dan punya tanggung
jawab lebih. Ia sempat bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan
developer. Gajinya yang pas- pasan untuk menghidupi keluarga membuat Bang
Rangga merasa nyaman dalam zona amannya.
Tapi, semua
itu ga berlangsung lama, wabah menular PHK yang sempat melanda perusahaan
membuatnya memutuskan untuk keluar dan melanjutkan mimpinya. Terkadang memang
butuh sedikit lecutan dari semesta dulu untuk membuat kita kembali ke track
yang bener. Sejak saat itu, ia mulai memikirkan ide- ide usahanya dan
menuliskannya di Dream Book punyanya, karena kata dia: Orang sukses itu selalu
nyatet!
Kalau mau
besar, berpikirlah yang besar. Bang Rangga pun memutuskan untuk berusaha di
bidang restoran yang tak lain dan tak bukan adalah PECEL LELE LELA (Lebih Laku).
Bermodal duit tiga juta rupiah dan mimpi mempunyai usaha yang mengalahkan
ketenaran KFC, McD, dan Starbucks, Bang Rangga memulai usahanya.
Dan,
sekarang? Usahanya sudah berkembang besar dan tersebar di seluruh Indonesia,
bahkan sampai sampai di luar negeri. Omset per harinya pun mencapai miliaran
rupiah. Sebuah pencapaian fantastis buat seorang yang bekas karyawan dengan
modal usaha tak lebih dari tiga juta.
Satu hal
yang gue pengen garis bawahi dari kisah di atas adalah adanya USAHA YANG
PANTANG MENYERAH. Bang Rangga tentu sering mengalami kerugian tapi atas dasar
keyakinan atas mimpinya, ia bisa terus melaju layaknya Tamiya Magnum-yang
bersatu dengan angin. Inilah titik perbedaan antara MIMPI dan KHAYALAN. Mimpi mempunyai
usaha sebagai salah satu bagiannya. Ketika kita sudah merasakan serunya
bermimpi, jangan lupa ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yaitu BANGUN dan
melakukan USAHA.
Bill Gates
muda pernah bermimpi, “Suatu saat saya akan menghadirkan komputer di setiap
meja dan setiap rumah dengan microsoft di dalamnya.” Pada saat itu banyak orang
yang meragukannya karena harga komputer masih sangatlah mahal. Tapi sekarang?
Hampir setiap rumah memiliki komputer dengan microsoft di dalamnya.
Gue sendiri
belum menjadi orang seperti Bill Gates yang sudah mencapai kesuksesannya atau
orang- orang macam Alfa Edison, Luis Suarez, Lionel Messi, Ahmad Fuadi,
penulis- penulis Chicken Soup, dll. yang telah berhasil meraih mimpi- mimpinya.
Tapi, gue dan lo, punya hak yang sama untuk bermimpi seperti mereka. To dream
is everyone’s right. Jangan jadikan mimpi gue dan lo cuma jadi sebates
khayalan, tapi mimpi yang layak buat diperjuangkan. Jangan takut gagal. Gagal
itu biasa dan memang harus kita alami karena semuanya butuh proses.
“Tidak ada
orang gagal yang tidak punya masa depan dan tidak ada orang sukses yang tidak
punya masa lalu.”
“Orang
sukses mengalami lebih banyak kegagalan dibandingkan orang gagal”
So, what are
we afraid of?
The first
step we have to do is dreaming. Dream as many as we can, as wonderful as we
want. Secondly, get up and fight for the dreams. Don’t put our concern to those
cunts who doubt or even humiliate. We’ll know what it feels to accomplish what
they say you cannot. Such a big shit we throw right to their faces. Its kinda
addictive, anyway ;p As an addition,
specify our dreams. It helps us in deciding what plans we are going to ‘enjoy’ .
Brace
ourselves and we shall get our well-deserved dreams!
Anyway, just
to share, one of my biggest dream is to work here. J
(to be
continued)
NB: Mari berbagi
mimpi lewat ‘Poskan Komentar’ J
fa, tulisanmu bertipe liberalism... rationality, equality, and liberty... btw tulisan lu oke fa, kocak tapi tetep nyampe maknanya.. good job hahahah
ReplyDeleteNice..
ReplyDelete@Murrin : Hahaha mabok PIHI nih, thanks much, bro!
ReplyDelete@Lananda: Thank you :)
great posting
ReplyDelete