This is my first review task in college life, a movie review. The movie was 'Hiroshima', yep a historical one. Too much talking, less action. Well, I hope it can help anyone of you. Enjoy!
Hiroshima: Sebuah Delusi dan
Penderitaan Berkepanjangan
‘Hiroshima’
merupakan sebuah film semi- dokumenter yang
menyajikan suatu kesaksian sejarah dunia dalam bentuk cerita yang dramatis. ‘Hiroshima’
bercerita tentang salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah hidup manusia,
yaitu peristiwa pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh pihak sekutu,
khususnya Amerika Serikat. Didukung
kesaksian 6 orang korban yang masih hidup, kisah sejarah tentang pemboman
tersebut divisualisasikan menjadi suatu film yang memaparkan berbagai persoalan
di balik peristiwa massive tersebut,
mulai dari konfrontasi antara pihak Jepang dan Amerika Serikat sampai kemudian
berujung pada jatuhnya Little Boy dan
Fat Man, masing- masing di Hiroshima
dan Nagasaki. Film ini juga memperkenalkan tokoh- tokoh yang berperan penting
terkait terjadinya peristiwa yang mengubah sejarah dunia itu. Keseluruhan
cerita ditampilkan secara kronologis dan kritis dengan tetap memerhatikan
setiap ‘babak’ penting yang terjadi.
Awal
cerita dimulai dengan kematian mengejutkan presiden Amerika Serikat kala itu,
Franklin D. Roosevelt, pada tanggal 12 April 1945. Jabatan pemimpin negara
tersebut lalu disuksesi oleh wakil
presidennya, yaitu Harry Truman. Ketika masa pemerintahan Roosevelt, telah
dimulai suatu proyek rahasia bernama “Manhattan Project”. Proyek yang dikepalai
oleh J. Robert
Oppenheimer di Los Alamos tersebut bertujuan untuk mengembangkan suatu senjata
nuklir berdaya hancur dahsyat yang mampu memberikan kemenangan bagi sekutu
sekaligus mengakhiri Perang Dunia II yang sedang berlangsung. Adapun Truman
sebagai presiden baru tidak terlalu aktif dan mengerti tentang jalannya proyek
tersebut, tetapi dia harus memutuskan apakah senjata nuklir hasil proyek itu
akan digunakan atau tidak, khususnya terhadap Jepang.
Di
pihak Jepang sendiri, diadakan berbagai macam perundingan di antara para petinggi
negara mengenai strategi dan langkah lanjutan Jepang dalam menghadapi perang
melawan Amerika Serikat. Pertempuran di Okinawa (Battles of Okinawa) yang telah terjadi sebelumnya turut menjadi
pertimbangan, mengingat banyaknya korban yang berjatuhan, hampir mencapai
100.000 juta jiwa rakyat Jepang. Akan tetapi, dengan semangat Bushido, Menteri Perperangan Jepang, Korechika
Anami, menyatakan bahwa Jepang tidak akan menyerah sampai Amerika Serikat lelah
dan memohon akan perdamaian. Perdana Menteri Jepang, Suzuki Kantaro, pun
mengungkapkan bahwa peperangan harus diakhiri dan Jepang akan terus berjuang.
Presiden
Truman sendiri menghadapi sebuah dilema apakah senjata baru tersebut akan
digunakan atau tidak. Orang- orang di sekitar Truman turut mempengaruhinya dalam mengambil keputusan.
Menteri peperangan, Henry Stimson, mengatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan
penggunaan senjata yang diberi kode “gadget”
tersebut. Namun, menteri luar negeri, James Brynes, justru mendukung hal itu
karena menurutnya penjatuhan bom itu akan mengakhiri perang yang sudah lama berlangsung selama 6 tahun.
Akhirnya, setelah menempuh
berbagai macam perundingan dan usaha diplomasi, Truman memutuskan untuk
menjatuhkan senjata baru tersebut terhadap Jepang. Pada awalnya telah ditetapkan
5 titik utama lokasi penjatuhan bom, yaitu Kyoto, Hiroshima, Kokura, Niigata,
dan Yokohama. Kelima kota tersebut merupakan tempat instalasi dan pabrik
senjata Jepang, sehingga menjadi sasaran yang empuk guna mengurangi kekuatan
persenjataan Jepang Tetapi, Kyoto dicoret terlebih dahulu, disebabkan oleh
pertimbangan akan peran vitalnya sebagai pusat kebudayaan dan religi Jepang,
bahkan dunia.. Penghapusan Kyoto dari daftar target menjadikan Kota Hiroshima
sebagai sasaran utama dan pertama untuk diluluhlantakkan.
Pihak Amerika Serikat,
sebelumnya, memberikan ultimatum terlebih dahulu agar Jepang secepatnya menyerah
dan menyatakan kekalahan tanpa syaratnya. Akan tetapi, pihak Jepang yang
diwakili Perdana Menteri Suzuki menyatakan kepada media massa bahwa ia me-mokusatsu ultimatum tersebut. Menurut
penafsiran salah seorang ahli bahasa, mokusatsu berarti ‘treat with silent contempt’ atau menanggapi dengan diam. Mendapati
pernyataan balasan tersebut, Amerika Serikat lalu mempersiapkan penjatuhan bom
atom pertamanya.
Pada tanggal 6 Agustus 1945,
dengan sukses pesawat B- 29 “Enola Gay”
menjatuhkan bom atom pertama yang diberi nama Little Boy di Hiroshima. Ledakan bom atom tersebut memusnahkan
sekitar 70.000 jiwa penduduk dan memberikan efek radiasi yang kemudian mengakibatkan
mutasi genetik yang berujung pada kematian lebih banyak orang lagi.
Peristiwa mengerikan
tersebut ternyata tidak cukup menggetarkan pihak Jepang untuk menyatakan
kekalahannya. Para petinggi pemerintahan berhipotesis bahwa Amerika Serikat
tidak memiliki bom seperti itu lagi. Mereka bersikukuh untuk terus berperang
demi menjunjung harga diri bangsanya. Bahkan, Anami berkata bahwa apabila
Jepang harus mengalami kondisi yang terburuk, mereka akan kalah layaknya bunga
yang indah.
Akhirnya, pada tanggal 9
Agustus 1945, Jepang kembali diguncangkan dengan dijatuhkannya Fat Man di Nagasaki, setelah sebelumnya
rencana penjatuhan di Kokura dan Niigata dibatalkan karena alasan teknis.
Kehancuran dan banyaknya korban yang
diakibatkan ledakan bom tersebut memaksa Kaisar Hirohito untuk menyatakan
kekalahan Jepang kepada pihak sekutu. Film ini ditutup dengan harakiri atau
bunuh diri yang dilakukan oleh Anami.
Dalam
film ini, terdapat beberapa hal yang yang menarik untuk
diketahui lebih dalam. Adapun salah satu hal tersebut adalah efek radiasi yang
diakibatkan oleh penjatuhan bom atom oleh Amerika Serikat. Little Boy dan Fat Man
tidak hanya membunuh banyak orang dalam ledakan instannya saja, tetapi
menimbulkan efek radiasi atom yang berkepanjangan dan menyebabkan berbagai
penyakit, kecacatan, bahkan kematian lebih banyak jiwa lagi. Keputusan
penggunaan bom atom yang terkesan tergesa- gesa telah menciptakan suatu tragedi
pemusnahan terbesar dalam sejarah manusia.
Berdasarkan statistik, ledakan
Hiroshima telah menewaskan 130.000 korban dari total populasi sebanyak 340.000
jiwa dan diikuti kematian 70.000 orang sampai tahun 1950.[1]
Kematian ‘telat’ tersebut disebabkan oleh adanya efek radiasi jangka panjang
akibat utilisasi bom atom tersebut.
Salah satu sumber artikel menyebutkan bahwa orang- orang yang berhasil selamat
dari tragedi tersebut banyak menderita mual, muntah, diare, dan kelainan pada
darah yang disebabkan oleh penyakit radiasi yang akut.[2]
Adapun salah satu cerita yang terkenal di kalangan rakyat Jepang adalah kisah
Sadako Sasaki. Sasaki adalah adalah seorang gadis yang meninggal akibat terkena
‘atomic bomb disease’ (Leukimia)[3].
Kisah perjuangan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya membuat ia dihargai
sebagai sosok yang mewakili semangat dan kegigihan rakyat Jepang.
Berdasarkan fakta- fakta yang telah
dipaparkan sebelumnya, menurut saya, tindakan pemboman yang dilakukan Amerika
Serikat bukanlah suatu pilihan yang tepat. Keputusan Truman untuk menggunakan
bom atom terkesan minim seperti
sebuah delusi pemikiran, terlebih masih adanya pro- kontra
internal yang diajukan oleh beberapa ilmuwan Manhattan Project yang dipimpin oleh Leo Szilard. Pengambilan
keputusan yang dilakukan hanya mementingkan kepentingan Amerika Serikat dan
sekutu dalam memenangi Perang Dunia II atau Perang Pasifik lebih khususnya. Jepang yang kuat akan pendirian
dan semangat perjuangannya memaksa Amerika Serikat untuk mengambil sebuah
langkah cepat untuk mengakhiri perang, tanpa berpikir lebih lanjut mengenai dampak psikologis maupun medis
yang ditimbulkannya. Penjatuhan bom tersebut telah
menewaskan puluhan ribu orang dan menimbulkan efek trauma serta radiasi atom
berkepanjangan yang berlangsung selama puluhan tahun ke depan.
Suatu artikel menyebutkan bahwa
terlepas dari penggunaan bom atom atau tidak, Jepang sudah berada dalam ambang
kekalahannya.[4] Sejak
awal serangan yang dilakukan Jepang terhadap Pearl Harbour, sebenarnya Jepang
sudah kalah secara kekuatan militer terhadap Amerika Serikat.[5]
Apalagi satu- satunya harapan Jepang dalam menggalang aliansi, yaitu Uni Soviet,
telah menyatakan diri untuk balik memerangi Jepang. Dampak yang lebih jauh dari
bom atom tersebut adalah timbulnya security
dillema antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang kemudian berujung pada munculnya
perang dingin (cold war). Oleh sebab
itu, menurut pendapat pribadi saya, penggunaan bom atom oleh Amerika Serikat
tidak seharusnya dilakukan, terlebih efek biologis yang ditimbulkan dari
radiasi atom mengakibatkan kerugian, baik secara psikologis maupun materi, terhadap
rakyat Jepang.
.
[1] Joanne Silberner,”Thirty Six
Years Later, the Struggle Continues”, in Science
News, Vol. 120, No. 18
(Oct.
31, 1981), hlm. 284-285+287
[2] Ibid.
[3] Eleanor Coerr,
Ronald Himler,”Sadako
dan The Thousand Paper Cranes”,(Puffin,) hlm
[4] Karl T. Compton,”If Atomic
Bomb Hadn’t Been Used”, dalam The Atlantic
Monthly, Vol. 178, No 6 (Desember, 1946), diakses dari http://www.theatlantic.com/past/docs/issues/46dec/compton.htm
[5] Akira Iriye,”Rationality of Pearl Harbour”, diakses
dari http://www.2history.com/experts/Akira_Iriye/Rationality_of_Pearl_Harbour
HV ZHHHHH XXCSSADAD
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/cemilan-lezat-untuk-penderita-tekanan.html
ReplyDeletehttp://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/10-negara-ini-paling-banyak-dikunjungi.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/guru-di-indonesia-dalam-angka.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/gunung-agung-meletus-lagi-malam-ini.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523