Tuesday, January 8, 2013

Review HIROSHIMA

          This is my first review task in college life, a movie review. The movie was 'Hiroshima', yep a historical one. Too much talking, less action. Well, I hope it can help anyone of you. Enjoy!

Hiroshima: Sebuah Delusi dan Penderitaan Berkepanjangan
‘Hiroshima’ merupakan sebuah film semi- dokumenter  yang menyajikan suatu kesaksian sejarah dunia dalam bentuk cerita yang dramatis. ‘Hiroshima’ bercerita tentang salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah hidup manusia, yaitu peristiwa pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh pihak sekutu, khususnya Amerika Serikat. Didukung kesaksian 6 orang korban yang masih hidup, kisah sejarah tentang pemboman tersebut divisualisasikan menjadi suatu film yang memaparkan berbagai persoalan di balik peristiwa massive tersebut, mulai dari konfrontasi antara pihak Jepang dan Amerika Serikat sampai kemudian berujung pada jatuhnya Little Boy dan Fat Man, masing- masing di Hiroshima dan Nagasaki. Film ini juga memperkenalkan tokoh- tokoh yang berperan penting terkait terjadinya peristiwa yang mengubah sejarah dunia itu. Keseluruhan cerita ditampilkan secara kronologis dan kritis dengan tetap memerhatikan setiap ‘babak’ penting yang terjadi.
Awal cerita dimulai dengan kematian mengejutkan presiden Amerika Serikat kala itu, Franklin D. Roosevelt, pada tanggal 12 April 1945. Jabatan pemimpin negara tersebut lalu  disuksesi oleh wakil presidennya, yaitu Harry Truman. Ketika masa pemerintahan Roosevelt, telah dimulai suatu proyek rahasia bernama “Manhattan Project”. Proyek yang dikepalai oleh J. Robert Oppenheimer di Los Alamos tersebut bertujuan untuk mengembangkan suatu senjata nuklir berdaya hancur dahsyat yang mampu memberikan kemenangan bagi sekutu sekaligus mengakhiri Perang Dunia II yang sedang berlangsung. Adapun Truman sebagai presiden baru tidak terlalu aktif dan mengerti tentang jalannya proyek tersebut, tetapi dia harus memutuskan apakah senjata nuklir hasil proyek itu akan digunakan atau tidak, khususnya terhadap Jepang.
Di pihak Jepang sendiri, diadakan berbagai macam perundingan di antara para petinggi negara mengenai strategi dan langkah lanjutan Jepang dalam menghadapi perang melawan Amerika Serikat. Pertempuran di Okinawa (Battles of Okinawa) yang telah terjadi sebelumnya turut menjadi pertimbangan, mengingat banyaknya korban yang berjatuhan, hampir mencapai 100.000 juta jiwa rakyat Jepang. Akan tetapi, dengan semangat Bushido, Menteri Perperangan Jepang, Korechika Anami, menyatakan bahwa Jepang tidak akan menyerah sampai Amerika Serikat lelah dan memohon akan perdamaian. Perdana Menteri Jepang, Suzuki Kantaro, pun mengungkapkan bahwa peperangan harus diakhiri dan Jepang akan terus berjuang.
Presiden Truman sendiri menghadapi sebuah dilema apakah senjata baru tersebut akan digunakan atau tidak. Orang- orang di sekitar Truman turut mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Menteri peperangan, Henry Stimson, mengatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan penggunaan senjata yang diberi kode “gadget” tersebut. Namun, menteri luar negeri, James Brynes, justru mendukung hal itu karena menurutnya penjatuhan bom itu akan mengakhiri perang yang sudah lama berlangsung selama 6 tahun.  
Akhirnya, setelah menempuh berbagai macam perundingan dan usaha diplomasi, Truman memutuskan untuk menjatuhkan senjata baru tersebut terhadap Jepang. Pada awalnya telah ditetapkan 5 titik utama lokasi penjatuhan bom, yaitu Kyoto, Hiroshima, Kokura, Niigata, dan Yokohama. Kelima kota tersebut merupakan tempat instalasi dan pabrik senjata Jepang, sehingga menjadi sasaran yang empuk guna mengurangi kekuatan persenjataan Jepang Tetapi, Kyoto dicoret terlebih dahulu, disebabkan oleh pertimbangan akan peran vitalnya sebagai pusat kebudayaan dan religi Jepang, bahkan dunia.. Penghapusan Kyoto dari daftar target menjadikan Kota Hiroshima sebagai sasaran utama dan pertama untuk diluluhlantakkan.
Pihak Amerika Serikat, sebelumnya, memberikan ultimatum terlebih dahulu agar Jepang secepatnya menyerah dan menyatakan kekalahan tanpa syaratnya. Akan tetapi, pihak Jepang yang diwakili Perdana Menteri Suzuki menyatakan kepada media massa bahwa ia me-mokusatsu ultimatum tersebut. Menurut penafsiran salah seorang ahli bahasa, mokusatsu berarti ‘treat with silent contempt’ atau menanggapi dengan diam. Mendapati pernyataan balasan tersebut, Amerika Serikat lalu mempersiapkan penjatuhan bom atom pertamanya.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, dengan sukses pesawat B- 29 “Enola Gay” menjatuhkan bom atom pertama yang diberi nama Little Boy di Hiroshima. Ledakan bom atom tersebut memusnahkan sekitar 70.000 jiwa penduduk dan memberikan efek radiasi yang kemudian mengakibatkan mutasi genetik yang berujung pada kematian lebih banyak orang lagi.
Peristiwa mengerikan tersebut ternyata tidak cukup menggetarkan pihak Jepang untuk menyatakan kekalahannya. Para petinggi pemerintahan berhipotesis bahwa Amerika Serikat tidak memiliki bom seperti itu lagi. Mereka bersikukuh untuk terus berperang demi menjunjung harga diri bangsanya. Bahkan, Anami berkata bahwa apabila Jepang harus mengalami kondisi yang terburuk, mereka akan kalah layaknya bunga yang indah.
Akhirnya, pada tanggal 9 Agustus 1945, Jepang kembali diguncangkan dengan dijatuhkannya Fat Man di Nagasaki, setelah sebelumnya rencana penjatuhan di Kokura dan Niigata dibatalkan karena alasan teknis. Kehancuran  dan banyaknya korban yang diakibatkan ledakan bom tersebut memaksa Kaisar Hirohito untuk menyatakan kekalahan Jepang kepada pihak sekutu. Film ini ditutup dengan harakiri atau bunuh diri yang dilakukan oleh Anami.
            Dalam film ini, terdapat beberapa hal yang yang menarik untuk diketahui lebih dalam. Adapun salah satu hal tersebut adalah efek radiasi yang diakibatkan oleh penjatuhan bom atom oleh Amerika Serikat. Little Boy dan Fat Man tidak hanya membunuh banyak orang dalam ledakan instannya saja, tetapi menimbulkan efek radiasi atom yang berkepanjangan dan menyebabkan berbagai penyakit, kecacatan, bahkan kematian lebih banyak jiwa lagi. Keputusan penggunaan bom atom yang terkesan tergesa- gesa telah menciptakan suatu tragedi pemusnahan terbesar dalam sejarah manusia.
            Berdasarkan statistik, ledakan Hiroshima telah menewaskan 130.000 korban dari total populasi sebanyak 340.000 jiwa dan diikuti kematian 70.000 orang sampai tahun 1950.[1] Kematian ‘telat’ tersebut disebabkan oleh adanya efek radiasi jangka panjang akibat  utilisasi bom atom tersebut. Salah satu sumber artikel menyebutkan bahwa orang- orang yang berhasil selamat dari tragedi tersebut banyak menderita mual, muntah, diare, dan kelainan pada darah yang disebabkan oleh penyakit radiasi yang akut.[2] Adapun salah satu cerita yang terkenal di kalangan rakyat Jepang adalah kisah Sadako Sasaki. Sasaki adalah adalah seorang gadis yang meninggal akibat terkena ‘atomic bomb disease’ (Leukimia)[3]. Kisah perjuangan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya membuat ia dihargai sebagai sosok yang mewakili semangat dan kegigihan rakyat Jepang.
            Berdasarkan fakta- fakta yang telah dipaparkan sebelumnya, menurut saya, tindakan pemboman yang dilakukan Amerika Serikat bukanlah suatu pilihan yang tepat. Keputusan Truman untuk menggunakan bom atom terkesan minim seperti sebuah delusi pemikiran, terlebih masih adanya pro- kontra internal yang diajukan oleh beberapa ilmuwan Manhattan Project yang dipimpin oleh Leo Szilard. Pengambilan keputusan yang dilakukan hanya mementingkan kepentingan Amerika Serikat dan sekutu dalam memenangi Perang Dunia II atau Perang Pasifik lebih khususnya. Jepang yang kuat akan pendirian dan semangat perjuangannya memaksa Amerika Serikat untuk mengambil sebuah langkah cepat untuk mengakhiri perang, tanpa berpikir lebih lanjut mengenai dampak psikologis maupun medis yang ditimbulkannya. Penjatuhan bom tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang dan menimbulkan efek trauma serta radiasi atom berkepanjangan yang berlangsung selama puluhan tahun ke depan.
            Suatu artikel menyebutkan bahwa terlepas dari penggunaan bom atom atau tidak, Jepang sudah berada dalam ambang kekalahannya.[4] Sejak awal serangan yang dilakukan Jepang terhadap Pearl Harbour, sebenarnya Jepang sudah kalah secara kekuatan militer terhadap Amerika Serikat.[5] Apalagi satu- satunya harapan Jepang dalam menggalang aliansi, yaitu Uni Soviet, telah menyatakan diri untuk balik memerangi Jepang. Dampak yang lebih jauh dari bom atom tersebut adalah timbulnya security dillema antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang kemudian berujung pada munculnya perang dingin (cold war). Oleh sebab itu, menurut pendapat pribadi saya, penggunaan bom atom oleh Amerika Serikat tidak seharusnya dilakukan, terlebih efek biologis yang ditimbulkan dari radiasi atom mengakibatkan kerugian, baik secara psikologis maupun materi, terhadap rakyat Jepang.
.

           
           
           


[1] Joanne Silberner,”Thirty Six Years Later, the Struggle Continues”, in Science News, Vol. 120, No. 18
(Oct. 31, 1981), hlm. 284-285+287
[2] Ibid.
[3] Eleanor Coerr, Ronald Himler,”Sadako dan The Thousand Paper Cranes”,(Puffin,) hlm
[4]  Karl T. Compton,”If Atomic Bomb Hadn’t Been Used”, dalam The Atlantic Monthly, Vol. 178, No 6 (Desember, 1946), diakses dari http://www.theatlantic.com/past/docs/issues/46dec/compton.htm

[5] Akira Iriye,”Rationality of Pearl Harbour”, diakses dari http://www.2history.com/experts/Akira_Iriye/Rationality_of_Pearl_Harbour
  HV ZHHHHH XXCSSADAD

1 comment:

  1. http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/cemilan-lezat-untuk-penderita-tekanan.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/10-negara-ini-paling-banyak-dikunjungi.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/guru-di-indonesia-dalam-angka.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/gunung-agung-meletus-lagi-malam-ini.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    ReplyDelete

Share you wacky thought, buddy!